BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pembahasan
Produktivitas
merupakan suatu usaha yang penuh dari tiap-tiap individu ataupun organisasi untuk
pencapaian hasil kerja yang maksimal dengan selalu menganggap bahwa metode
kerja hari ini harus lebih baik dari pada metode kerja hari kemarin dan hasil
yang dapat diraih esok hari harus lebih banyak atau lebih bermutu daripada
hasil yang diraih hari ini. Pada dasarnya, setiap individu
ataupun organisasi mempunyai keinginan agar dapat mencapai tingkat
produktivitas yang tinggi terlepas organisasi apapun bentuk dan namanya. Organisasi
profit, seperti perusahaan misalnya, berkeinginan agar dapat mencapai
keuntungan yang besar, karena itu setiap pegawainya dituntut dapat bekerja
secara optimal dan maksimal sehingga perusahaan mampu memproduksi barang/jasa
semaksimal mungkin. Dengan kata lain perusahaan tersebut menginginkan
produktivitas yang tinggi. Dan tujuan perusahaan tersebut untuk mendapatkan
laba/profit yang maksimal dapat tercapai.
Demikian halnya dengan institusi-institusi
pemerintahan pada umumnya, Dinas Pendidikan sebagai organisasi/institusi non
profit yang dimaksudkan untuk membantu dan melayani masyarakat diharapkan dapat
memberikan pelayanan secara maksimal kepada masyarakat penggunanya (customer).
Dalam Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Bab XI Pasal 39, dinyatakan bahwa:
1.
Tenaga kependidikan bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan,
pengembangan, pengawas, dan pelayanan teknis untuk menunjang proses pendidikan
pada satuan pendidikan. Dijelaskan lebih lanjut bahwa tenaga kependidikan itu
meliputi pengelola satuan pendidikan, penilik, pamong belajar, pengawas,
peneliti, pengembang, pustakawan, laboran, dan teknisi sumber belajar.
2.
Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan
melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pemebelajaran, melakukan
pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan
.
pengabdian kepada masyarakat,
terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi.
Tenaga pendidik dan kependidikan
sebagaimana yang telah dikemukakan di atas adalah kelompok organisasi
masyarakat yang menjadi ujung tombak dan penentu keberhasilan dalam bidang
pendidikan. Oleh karena itu sebagai lembaga pengelola harus mampu memberikan
pelayanan secara maksimal dengan mempunyai tingkat produktivitas tinggi yang
pengelolaan itu berimplikasi kepada kelompok masyarakat sebagai pelanggan
pendidikan.
Dalam konteks Pendidikan,
Produktivitas kerja sdm pendidikan mencakup sikap mental dan perilaku tenaga
Pendidikan dan kependidikan yang selalu mempunyai pandangan bahwa pekerjaan
yang dilaksanakan hari ini harus lebih berkualitas, Efektif, dan Efisien
daripada pelaksanaan pekerjaan pada masa lalu, dan pekerjaan pada saat yang
akan datang lebih berkualitas daripada saat ini. Namun dalam Praktisnya, Masih banyak
permasalahan dalam lingkup kinerja tenaga pendidik dan kependidikan yang
berimplikasi terhadap produktivitas kerja di lembaga pendidikan.
Menurut Literatur yang dimuat di
beberapa berita ada berbagai fenomena yang menjadi sebuah kausalitas terhadap
produktivitas dalam konteks SDM pendidikan. Hal itu meliputi: Masih Banyak Yang
menjadi Guru Abal-Abal. Artinya, Guru sebagai tenaga pendidik Mengajkar Diluar Keahliannya. Selanjutnya,
terdapat Guru Datang sering
Terlambat Saat mengajar. Bahkan lebih parahnya lagi dengan Ketidak Hadiran guru
pada Jam Mengajarnya dengan Berbagai Alasan. Pada
dasarnya kondisi ini dapat mengakibatkan pelaksanaan suatu pekerjaan/tugas
menjadi terganggu, sehingga tidak dapat diselesaikan tepat pada waktunya atau
dapat dikatakan bahwa tingkat produktivitas kerja sevagai tenaga pendidik dan kependidikan belum
maksimal. Permasalahan-permasalahan yang timbul mengenai produktivitas
kerja tersebut merupakan suatu indikasi yang menggambarkan bahwa peranan
manajemen sebagai pengelola sumber daya manusia sangat diperlukan dalam upaya
meningkatkan produktivitas kerja pegawai.
B. Pokok Pembahasan
Dari uraian di atas yang berimplikasi
bahwa urgensi Produktivitas SDM memberikan suatu konstribusi secara efektif dan
efisien terhadap kinerja, pemakalah bermaksud akan mengkaji tentang apa
pengertian produktivitas SDM dalam konteks pendidikan serta apa faktor-faktor
yang mempengaruhi SDM pendidikan dan apa bentuk pengukuran produktivitas
tersebut dengan menganalisis seputar masalah-masalah yang ada.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Produktivitas
Produktivitas berasal dari bahasa
Inggris yaitu product: result, outcome yang berkembang menjadi
kata productive yang berarti menghasilkan, dan productivity: having
the ability to make or create: creative. Dari kata productivity
tersebut digunakan dalam bahasa Indonesia menjadi produktivitas yang berarti
kekuatan atau kemampuan menghasilkan sesuatu.[1] Menurut putra Samuel dan Nordhaus
produktivitas tenaga kerja dapat dikatakan sebagai total output dibagi dengan
input tenaga kerja. Dengan demikian, dalam produktivitas tenaga kerja untuk
mecapai tingkat yang tinggi adalah suatu
hasil yang paling akan diinginkan oleh
individu atau organisasi.[2]
Produktivitas menurut Dewan
Produktivitas Nasional mempunyai pengertian sebagai sikap mental yang selalu
berpandangan bahwa mutu kehidupan hari ini harus lebih baik dari kemarin dan
esok harus lebih baik dari hari ini. Filosofi dan spirit tentang produktivitas
sudah ada sejak awal peradaban manusia karena makna produktivitas adalah
keinginan (the will) dan upaya (effort) manusia untuk selalu meningkatkan
kualitas kehidupan dan penghidupan di segala bidang.[3]
Produktivitas kerja menutrut Mathis,
Robert L. dan Jackson John H adalah ukuran dari kuantitas dan kualitas dari
pekerjaan yang telah dikerjakan, dengan mempertimbangkan biaya sumber daya yang
digunakan untuk mengerjakan pekerjaan tersebut.[4] Malayu Hasibuan mengemukakan bahwa produktivitas
adalah perbandingan antara output (hasil) dengan input (masukan), jika
produktivitas naik ini hanya dimungkinkan oleh adanya peningkatan efisiensi
(waktu, bahan, tenaga) dan sistem kerja, teknik produksi dan adanya peningkatan
keterampilan dari tenaga kerjanya.[5]
Produktivitas
memiliki dua dimensi, dimensi pertama adalah efektivitas yang mengarah kepada
pencapaian unjuk kerja yang maksimal yaitu pencapaian target yang berkaitan
dengan kualitas, kuantitas, dan waktu, dan yang kedua yaitu efisiensi yang
berkaitan dengan upaya membandingkan input dengan realisasi
penggunaannya atau bagaimana pekerjaan tersebut dilaksanakan. Secara sederhana
prinsip efisiensi pada dasarnya berarti menghindari segala bentuk pemborosan.
Mengingat bahwa kemampuan organisasi untuk menyediakan sarana dan prasarana
kerja yang digunakan untuk menunjang operasional organisasi sangat terbatas,
sementara tujuan yang ingin dicapai tidak terbatas, maka tidak ada pembenaran
untuk membiarkan pemborosan terjadi.[6]
Secara umum dapat disimpulkan bahwa
produktivitas adalah sikap mental yang mempunyai semangat untuk melakukan
peningkatan perbaikan yang berkaitan dengan diri sendiri dan pekerjaan. Yang
berkaitan dengan diri sendiri dapat dilakukan melalui peningkatan pengetahuan,
ketrampilan, disiplin, upaya pribadi dan kerukunan kerja. Yang berkaitan dalam
pekerjaan dapat dilakukan melalui manajemen dan sikap kerja yang lebih baik,
penghematan biaya, ketepatan waktu dan sistem teknologi yang lebih baik. Seorang tenaga kerja yang
produktif adalah tenaga kerja yang cekatan dan menghasilkan barang dan jasa
sesuai mutu yang ditetapkan dengan waktu yang lebih singkat atau bila tenaga
kerja tersebut mampu menghasilkan produk atau output yang lebih besar dari
tenaga kerjayang lain dalam waktu yang lama.
B.
Indikator Produktivitas SDM Pendidikan
Di dalam konteks Produktivitas kerja
guru, mempunyai pengertian bahwa
produktivitas adalah potensi atau daya yang dihasilkan oleh individu (guru)
yang digunakan secara maksimal, untuk mencapai keluaran (output) yang lebih,
kreatif, generatif, dan menghasilkan keuntungan atau kebermanfaatan.
Pengukuran dilakukan melalui subvariabel-subvariabel: (1) perencanaan dan pelaksanaan
pembelajaran, dengan indikator-indikator rancangan pengajaran, program
semester dan program tahunan; (2) prestasi akademik, dengan indikator karya
akademik dan karya monumental; (3) karya pengembangan profesi, yang mencakup
indikator penulisan artikel, pembuatan dan penggunaan media, dan alat pembelajaran;
dan (4) keikutsertaan dalam forum ilmiah, dengan indikator workshop, pelatihan,
pemakalah, dan peserta seminar.[7]
Berdasarkan pengertian tersebut, sebagai indikator Produktivitas dapat disimpulkan bahwa tugas guru bukan saja
mengajar semata, tetapi dimulai dari proses perencanaan, pelaksanaan,
evaluasi, analisis evaluasi, dan pengayaan.
Produktivitas kerja guru yang juga
tertuang dalam tugas pokok dan fungsi guru adalah membantu dan
bertanggungjawab kepada kepala sekolah dalam kegiatan belajar mengajar,
diantaranya: (1) membuat kelengkapan mengajar dengan baik dan lengkap, (2)
melaksanakan kegiatan pembelajaran, (3) melaksanakan kegiatan penilaian
proses belajar, ulangan harian, ulangan umum dan ujian akhir, (3) melaksanakan
analisis hasil ulangan harian, (4) menyusun dan melaksanakan program perbaikan
dan pengayaan, (5) mengisi daftar nilai anak didik; (6) melaksanakan kegiatan
membimbing (pengimbasan pengetahuan), kepada guru lain dalam proses
pembelajaran; (7) membuat alat pelajaran/alat peraga; (8) menumbuhkembangkan
sikap menghargai karya seni; (9) mengikuti kegiatan pengembangan dan
pemasyarakatan kurikulum; (10) melaksanakan tugas tertentu di sekolah; (11)
mengadakan pengembangan program pembelajaran; (12) membuat catatan tentang
kemajuan hasil belajar anak didik; (13) mengisi dan meneliti daftar hadir
sebelum memulai pelajaran; (14) mengatur kebersihan ruang kelas dan sekitarnya;
dan (15) mengumpulkan dan menghitung angka kredit untuk kenaikan pangkat.[8]
Seorang guru
dapat mencapai tingkat produktivitas yang tinggi apabila didukung oleh
faktor-faktor yang mempengaruhinya, baik internal yang datang dari guru itu
sendiri maupun yang datang dari luar diri. Dalam tinjauan lebih umum, Sedarmayanti
mengemukakan tentang ciri-ciri individu yang produktif adalah: 1) tindakannya
konstruktif, 2) percaya diri, 3) mempunyai rasa tanggung jawab, 4) memiliki
rasa cinta terhadap pekerjaannya, 5) mempunyai pandangan ke depan, 6) mampu
menyelesaikan persoalan, 7) dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan yang
berubah, 8) mempunyai kontribusi positif terhadap lingkungan, 9) mempunyai kekuatan
untuk mewujudkan potensinya.[9]
C.
Faktor-Faktor yang mempengaruhi produktivitas SDM
Pendidikan
Dalam konteks SDM pendidikan, faktor
yang mempengaruhi produktivitas kerja dapat ditilik Di antaranya adalah sebagai
berikut:[10]
1.
Sikap mental yang berupa motivasi, disiplin, dan etika kerja.
bahwa motivasi memberikan pengaruh yang sangat
besar pada produktivitas kerja individu dalam sebuah organisasi. Karena
motivasi di sini memberikan stimulus pada setiap individu untuk menunjukkan
peran masing-masing untuk kemajuan organisasi. Lain halnya dengan mereka yang
tidak punya motivasi sama sekali, maka pekerjaan yang dilakukan pun hanya
sebatas menyelesaikan saja, baik dan buruknya tidak menjadi kepeduliannya.[11]
2.
Pendidikan;
Umumnya, orang yang mempunyai pendidikan lebih
tinggi akan memiliki wawasan yang lebih luas, terutama penghayatan terhadap
arti penting produktivitas. Pendidikan di sini dapat berarti pendidikan formal,
informal, maupun nonformal. Tingginya kesadaran terhadap pentingnya
produktivitas akan mendorong tenaga kependidikan yang bersangkutan tidak
produktif.
3.
Keterampilan;
Semakin terampil tenaga kependidikan, ia akan
lebih mampu bekerja serta menggunakan fasilitas dengan baik. Tenaga
kependidikan akan menjadi lebih terampil apabila mempunyai kecakapan
(ability) dan pengalaman yang memadai.
4.
Manajemen;
yang bermakna hal-hal yang berkaitan dengan
sistem yang diterapkan oleh pun. prnan untuk mengelola dan memimpin sekaligus
mengendalikan tenaga kependidikan. Mana, jemen yang tepat akan menimbulkan
semangat yang lebih tinggi, sehingga mendorong tenaga kependidikan untuk
bertindak produktif.
5.
Hubungan industrial, yang bisa mewujudkan
hal-hal berikut:
a.
Menciptakan ketenangan kerja dan memberikan motivasi kerja secara
produktif, sehingga produktivitas dapat meningkat.
b.
Menciptakan hubungan kerja yang serasi dan dinamis, sehingga menumbuhkan
partisipasi aktif dalam usaha meningkatkan produktivitas.
c.
Meningkatkan harkat dan martabat tenaga kependidikan. sehingga mendorong
diwujudkannya jiwa yang berdedikasi dalam upaya peningkatan produktivitas
sekolah.
6. Tingkat penghasilan
(Kompensasi)
Kompensasi sangat penting bagi karyawan itu
sendiri sebagai individu, karena besarnya kompensasi merupakan pencerminan atau
ukuran nilai pekegaan karyawan itu sendiri. Sebaliknya besar kecilnya
kompensasi dapat mempengaruhi prestasi kerja, motivasi dan kepuasan kerja
karyawan. Apabila konpensasi diberikan secara tepat dan benar para karyawan
akan memperoleh kepuasan kerja dan termotivasi untuk mencapai tujuan-tujuan
organisasi. Akan tetapi bila kompensasi itu diberikan tidak memadai atau kurang
tepat, prestasi kerja, motivasi, dan kepuasan kena karyawan akan menurun.[12]
7.
Gizi dan kesehatan
Gizi dan kesehatan akan meningkatkan semangat
kerja dan mewujudkan produktivitas kerja yang tinggi.
8.
Jaminan sosial
Jaminan sosial yang diberikan oleh dinas pendidikan
kepada tenaga kependidikan dimaksudkan untuk meningkatkan pengabdian dan
semangat kerja. Jika jaminan sosial tenaga kependidikan mencukupi, maka akan
menimbulkan kesenangan bekerja, yang mendorong pemanfaatan seluruh kemampuan
untuk meningkatkan produktivitas
9.
Lingkungan dan suasana kerja yang baik
Lingkungan
dan suasana kerja yang baik akan mendorong tenaga kependidikan senang bekerja
dan meningkatkan tanggung jawab untuk melakukan pekerjaan dengan lebih baik
menuju arah peningkatan produktivitas.
10. Kualitas sarana pembelajaran
Hal ini berpengaruh terhadap peningkatan
produktivitas. Jika sarana pembelajaran tidak baik, maka bisa menimbulkan
pemborosan.
11. Teknologi yang dipakai secara
tepat akan mempercepat penyelesaian proses pendidikan, menghasilkan jumlah
lulusan yang berkualitas, serta memperkecil pemborosan.
12. Kesempatan berprestasi dapat
menimbulkan dorongan psikologis untuk meningkatkan dedikasi serta pemanfaatan
potensi yang dimiliki dalam meningkatkan produktivitas kerja
D. Pengukuran Produktivitas
Untuk mengetahui produktivitas kerja
dari setiap guru atau pegawai, maka perlu dilakukan sebuah pengukuran
produktivitas kerja. Pengukuran produktivitas tenaga kerja menurut sistem
pemasukan fisik per orang atau per jam kerja orang ialah diterima secara luas,
dengan menggunakan metode pengukuran waktu tenaga kerja (jam, hari atau tahun).
Menurut Henry Simamora bahwa
faktor-faktor yang digunakan dalam pengukuran produktivitas kerja meliputi
kuantitas kerja, kualitas kerja dan ketepatan waktu:
1.
Kuantitas kerja adalah merupakan suatu hasil yang dicapai oleh karyawan
dalam jumlah tertentu dengan perbandingan standar ada atau ditetapkan oleh
perusahan.
2.
Kualitas kerja adalah merupakan suatu standar hasil yang berkaitan dengan
mutu dari suatu produk yang dihasilkan oleh karyawan dalam hal ini merupakan
suatu kemampuan karyawan dalam menyelesaikan pekerjaan secara teknis dengan
perbandingan standar yang ditetapkan oleh perusahaan.
3.
Ketepatan waktu merupakan tingkat suatu aktivitas diselesaikan pada awal
waktu yang ditentukan, dilihat dari sudut koordinasi dengan hasil output serta
memaksimalkan waktu yang tersedia untuk aktivitas lain. Ketepatan waktu diukur
dari persepsi karyawan terhadap suatu aktivitas yang disediakan diawal waktu
sampai menjadi output.[13]
Secara umum pengukuran produktivitas
berarti perbandingan yang dapat dibedakan dalam tiga jenis yang sangat berbeda.
1.
Perbandingan-perbandingan antara pelaksanaan sekarang dengan pelaksanaan
secara historis yang tidak menunjukan apakah pelaksanaan sekarang ini memuaskan
namun hanya mengetengahkan apakah meningkat atau berkurang serta tingkatannya.
2.
Perbandingan pelaksanaan antara satu unit (perorangan tugas, seksi, proses)
dengan lainnya. Pengukuran seperti itu menunjukan pencapaian relatif.
3.
Perbandingan pelaksanaan sekarang dengan targetnya dan inilah yang terbaik
sebagai memusatkan perhatian pada sasaran/tujuan.
Pengukuran produktivitas kerja ini
mempunyai peranan penting untuk mengetahui tingkat produktivitas kerja dari
para pegawai termasuk guru sehingga dapat diketahui sejauh mana produktivitas
yang dapat dicapai oleh mereka dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya.
Selain itu pengukuran produktivitas juga dapat digunakan sebagai pedoman bagi
pimpinan untuk meningkatkan produktivitas kerja sesuai dengan apa yang
diharapkan oleh lembaga.
Kegiatan pengukuran produktivitas
kerja memiliki manfaat yang besar bagi lembaga atau organisasi, antara lain
sebagai berikut:
1.
Umpan balik pelaksanaan kerja untuk memperbaiki produktivitas kerja
pegawai.
2.
Evaluasi produktivitas kerja digunakan untuk penyelesaian misalnya:
pemberian bonus dan bentuk kompensasi lainnya.
3.
Untuk keputusan-keputusan penetapan, misalnya: promosi, transfer dan
demosi.
4.
Untuk kebutuhan latihan dan pengembangan.
5.
Untuk perencanaan dan pengembangan karier.
6.
Untuk mengetahui penyimpangan-penyimpangan proses staffing.
7.
Untuk mengetahui ketidak akuratan informal.
8. Untuk memberikan kesempatan
kerja yang adil.[14]
E. Analisis Masalah dalam
Perspektif Produktivitas Kinerja SDM Pendidikan
Menurut Literatur yang dimuat di
beberapa berita ada berbagai fenomena yang menjadi sebuah kausalitas terhadap
produktivitas dalam konteks SDM pendidikan. Hal itu meliputi: Masih Banyak Yang
menjadi Guru Abal-Abal. Artinya, Guru sebagai tenaga pendidik Mengajar Diluar Keahliannya. Selanjutnya,
terdapat Guru Datang sering
Terlambat Saat mengajar.[15] Dalam
artikel yang dimuat di kabar surya online, Dikarenakan Guru Sekolah bertempat
di Kelurahan Tarus, Kecamatan Kupang Tengah, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara
Timur Sering Terlambat masuk dalam
mengajar, Orang Tua Siswa Segel Sekolah.[16] Bahkan
lebih parahnya lagi dengan Ketidak Hadiran guru pada Jam Mengajarnya dengan
Berbagai Alasan.
Pada dasarnya
kondisi ini dapat mengakibatkan tingkat produktivitas kerja sevagai tenaga pendidik dan kependidikan belum
maksimal. Permasalahan-permasalahan
yang timbul mengenai produktivitas kerja tersebut merupakan suatu indikasi yang
menggambarkan bahwa peranan manajemen sebagai pengelola sumber daya manusia
sangat diperlukan dalam upaya meningkatkan produktivitas kerja pegawai. Ditinjau
dari indikator produktivitas kerja, guru tersebut besar kemungkinan dalam
pelaksanaan tanggung jawabnya kurang memaksimalkan kerjanya dalam hal
peelaksanakan kegiatan pembelajaran, kurangnya rasa tanggung jawab serta tidak
cinta pekerjaannya. Hal ini dapat di ketahui ukuran produktivitas kerja yang
secara kualitasnya jelas kurang maksimal. Jika ditinjau dari faktor-faktor yang
mempengaruhi produktivitas kerja
perspektif kinerjanya, kemungkinan adanya fenomena tersebut dilatarbelakangi oleh kurangnya kepuasa kerja
yang diperoleh. Kepuasan kerja tersebut dapat kita analisis dari fakto-faktor
yang mempengaruhi produktivitas kerja yang dikemukakan Jamal Ma’mur Asmani
dalam buku Tips Praktis Membangun dan
Mengolah Administrasi Sekolah.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1.
produktivitas adalah sikap mental yang mempunyai semangat untuk melakukan
peningkatan perbaikan yang berkaitan dengan diri sendiri dan pekerjaan. Yang
berkaitan dengan diri sendiri dapat dilakukan melalui peningkatan pengetahuan,
ketrampilan, disiplin, upaya pribadi dan kerukunan kerja. Yang berkaitan dalam
pekerjaan dapat dilakukan melalui manajemen dan sikap kerja yang lebih baik,
penghematan biaya, ketepatan waktu dan sistem teknologi yang lebih baik
2.
indikator produktivitas pendidik
dan tenaga kependuidikan dapat ditinjau dari Dalam Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional Bab XI Pasal 39 dengan mempertimbangkan kualitas, dan kuantitas
kinerja dalam pelaksanaannya.
3.
Dalam konteks pendidikan, Terdapat sub-sub varibel untuk mengukur
produktivitas kerja, fakto-faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja yang
telah tertuang dalam kajian-kajian teoritis yang dapat untuk dijadikan
analsisis fenomena-venomena dalam perspektif produktivitas kerja..
DAFTAR PUSTAKA
Asmani, Jamal Ma’mur. Tips Praktis Membangun
dan mengolah Administrasi Sekolah, Yogyakarta: DIVA Press, 2011.
Chotimah, Chusnul dan Muhammad Fathurrohman, Komplemen
MAnajemen Pendidikan Islam, Yogyakarta: Teras, 20114
Hasibuan, Malayu. Organisasi Dan Motivasi: Dasar
Peningkatan Produktivitas, Jakarta: Bumi Aksara, 1996
Johan Wahyudi, “Ini [Bukan] Guru Kita: Terlambat
Masuk Kelas”, Kompasiana, 25 Juni 2015.
Koch, Marianne, Rita Dorothea Gunther McGrath,
“Improving Labor Productivity: Human Resource Management Policies Do Matter”, Strategic
Management Journal, Mei, 1996.
Mulyasa. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, 2012.
Notoatmodjo, Soekidjo. Pengemvbangan Sumber
Daya Manusia, Jakarta: PT Rineka Cipta, 1998
Purnama, Ridwan
“Pengaruh Motivasi Kerja Terhadap Produktivitas kerja karyawan pada
bagian Produksi CV.Epsilon Bandung”, Strategic, September, 2008.
Robert L, Mathis, dan Jackson John H., Manajemen
Sumber Daya Manusia, Jakarta: Salemba Empat, 2001.
Sedarmayanti, Sumber Daya Manusia dan
Produktivitas Kerja. Bandung: Mandar Maju, 2001.
Siagian, Sondang P. Kiat Meningkatkan
Produktivitas Kerja, Jakarta: Rineka Cipta, 2009, Cet. Ke-2.
Siagian, Sondang P. Kiat Meningkatkan
Produktivitas kerja. Jakarta: PT rineka Cipta, 2002.
Simamora, Henri Manajemen Sumber Daya Manusia,
Yogyakarta: STAI EKPN, 2004.
Suharsaputra, Uhar. Administrasi Pendidikan. Bandung:
PT Refika Aditama, 2013.
Sutikno, Tri Atmaji “Indikator Produktivitas Kerja
Guru Sekolah Menengah Kejuruan”, Teknologi dan Kejuruan, Pebruari, 2009.
Permata,Titis Jati. “Guru Sering Terlambat, Orang
Tua Siswa Segel Sekolah”, SURYA Online, KUPANG, 24 Maret 2014.
Wibowo. Perilaku dalam organisasi. Depok: PT. Rajagrafindo Persada, 2013.
[1] Ridwan Purnama,
“Pengaruh Motivasi Kerja Terhadap Produktivitas kerja karyawan pada
bagian Produksi CV.Epsilon Bandung”, Strategic, (September, 2008), 62.
[2] Marianne Koch, Rita Dorothea Gunther McGrath,
“Improving Labor Productivity: Human Resource Management Policies Do Matter”, Strategic
Management Journal, (Mei, 1996), 337.
[3] Ridwan Purnama,
“Pengaruh Motivasi Kerja Terhadap Produktivitas kerja karyawan pada
bagian Produksi CV.Epsilon Bandung”, Strategic, (September, 2008), 62
[4] Mathis, Robert L. dan Jackson John H., Manajemen
Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Salemba Empat, 2001), 82.
[5] Malayu Hasibuan, Organisasi Dan Motivasi: Dasar Peningkatan
Produktivitas, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), 126.
[6] Sondang P. Siagian, Kiat Meningkatkan
Produktivitas Kerja, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), Cet. Ke-2, 2.
[7] Tri Atmaji Sutikno, “Indikator Produktivitas
Kerja Guru Sekolah Menengah Kejuruan”, Teknologi dan Kejuruan,
(Pebruari, 2009), 109.
[8] Ibid, 110.
[10] Jamal Ma’mur Asmani, Tips Praktis Membangun
dan Mengolah Administrasi Seko9lah, (Jogjakarta: Diva Press, 2011), 95.
[11] Chusnul Chotimah, Muhammad Fathurrohman, Komplemen
MAnajemen Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Teras, 20114), 440.
[12] Soekidjo Notoatmodjo, Pengemvbangan Sumber
Daya Manusia, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1998), 143.
[13] Henri Simamora, Manajemen
Sumber Daya Manusia, (Yogyakarta: STAI EKPN, 2004), 612.
[14] Henri Simamora, Manajemen
Sumber Daya Manusia, (Yogyakarta: STAI EKPN, 2004), 619.
[15] Johan Wahyudi, “Ini [Bukan] Guru Kita: Terlambat
Masuk Kelas”, Kompasiana, 25 Juni 2015.
[16] Titis Jati Permata, “Guru Sering Terlambat, Orang
Tua Siswa Segel Sekolah”, SURYA Online, Kupang, 24 Maret 2014.
Posting Komentar