A.
Madrasah
Madrasah merupakan isim makan dari kata darasa dalam bahasa arab, yang berarti “tempat duduk untuk belajar”
atau popular dengan sekolah. Kelahiran madrasah ini tidak terlepas dari
ketidakpuasan terhadap sistem pesantren yang semata-mata menitikberatkan agama,
dilain pihak sistem pendidikan umum justru ketika itu tidak menghiraukan agama.[1]
1.
Latar Belakang Historis Kelahiran Madrasah
Madrasah sebagai lembaga pendidikan Islam mulai didirikan dan
berkembang di dunia Islam sekitar abad ke-5 H atau abad ke-10-11 M. ketika
penduduk Naisabur mendirikan lembaga pendidikan Islam model Madrasah tersebut
pertama kalinya. Akan tetapi tersiarnya justru melalui menteri dari kerajaan
Bani Saljuk yang bernama “Nizham Al
Mulk” yang mendirikan madrasah Nidzamiyah
tahun 1065 M yang oleh Gibb dan Kramers disebutkan, bahwa
ssetelah madrasahnya Nidzam Al Mulk ini didirikan madrasah terbesar oleh shalahudin
Al Ayyubi.[2]
Lembaga pendidikan ini mulai tumbuh di Indonesia pada awal abad ke20.
Kehadiran Madrasah dilatarbelakangi oleh keinginan untuk
memberlakukan secara berimbang antara ilmu agama dengan ilmu pengetahuan umum
dalam kegiatan pendidikan dikalangan umat Islam. Hal ini dikarenakan sebagian
penduduk pribumi mulai menyadari akan pentingnya pendidikan umum dengan tidak
mengesampingkan dan meninggalkan pola pendidikan pesantren. Dengan kata lain,
Madrasah merupakan perpaduan sistem pendidikan pesantren dengan sistem
pendidikan kolonial.[3]
Secara lebih rinci latar belakang kehadiran madrasah sebagai
lembaga pendidikan Islam, meliputi:
a.
Sebagai manifestasi dan realisasi pembaharuan sistem pendidikan
Islam
b.
Usaha penyempurnaan terhadap sistem pesantren ke arah suatu sistem
pendidikan yang lebih memungkinkan lulusannya untuk memperoleh kesempatan yang
sama dengan sekolah umum
c.
Adanya sikap mental pada sebagian golongan umat islam, khususnya
santri yang terpukau pada barat sebagai sistem pendidikan mereka
d.
Sebagai upaya untuk menjembatani antara sistem pendidikan
tradisional yang dilaksanakan oleh pesantren dan sistem pendidikan modern dari
hasil akulturasi.[4]
Sebagai Madrasah pertama yang didirikan di
Indonesia adalah madrasah Adabiyah di Padang (Sumatera Barat), yang didirikan
oleh Syech Abdullah Ahmad pada tahun 1909. Pada mulanya madrasah
Adabiyah ini bercorak agama semata-mata baru kemudian pada tahun 1915 berubah
menjadi HIS (Holand Inlan School) Adabiyah. HIS Adabiyah merupakan sekolah
pertama yang memasukkan pelajaran umum ke dalamnya.
Selanjutnya pada tahun 1910 didirikan madrasah
School (Sekolah Agama) yang dalam perkembangannya berubah menjadi Diniyyah
School (Madrasah Diniyyah). Dan nama diniyyah inilah yang kemudian berkembang
dan terkenal hampir di seluruh kepulauan Nusantara, baik merupakan bagian dari
pesantren maupun surau ataupun berdiri di luarnya.[5]
Dengan demikian, kita ketahui bahwa abad ke-20
merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan madrasah hampir diseluruh
Indonesia. Namun madrasah-madrasah tersebut pada awal perkembangannya masih
bersifat diniyah semata-semata. Baru sekitar tahun 1930 sedikit demi sedikit,
dilakukan pembaruan terhadap madrasah dalam rangka memantapkan keberadaannya
khususnya dengan penambahan pengetahuan umum.
2. Sistem
Pendidikan Dan Pengajaran Di Madrasah.
Perpaduan antara sistem pondok pesantren
dengan sistem yang berlaku pada sekolah-sekolah modren, merupakan sistem
pendidikan dan pengajaran yang dipergunakan di Madrasah. Proses perpaduan
tersebut berlangsung secara berangsur-angsur, dan mengikuti sistem klasikal.
Sistem pengajian kitab yang selama ini dilakukan, digantikan dengan
bidang-bidang pelajaran tertentu, walaupun masih menggunakan kitab-kitab yang
lama.[6]
Dikarenakan pengaruh dari ide-ide pembaruan
yang berkembang di dunia Islam dan kebangkitan Nasional bangsa Indonesia,
sedikit demi sedikit pelajaran umum masuk kedalam kurikulum madrasah. Buku-buku
pelajaran agama mulai disusun sesuai dengan tingkatan madrasah, sebagaimana
halnya dengan buku-buku pengetahuan umum yang berlaku di sekolah-sekolah umum.
Bahkan kemudian lahirlah madrasah-madrasah yang mengikuti sistem perjenjangan
dan bentuk-bentuk sekolah modren, seperti (MI) untuk tingkat dasar, (Mts) untuk
tingkat SMP dan (MA) sama dengan Sekolah Menengah Atas.[7]
Kurikulum madrasah dan sekolah-sekolah agama
masih mempertahankan agama sebagai mata pelajaran pokok. Walaupun dengan
presentase yang berbeda. Kriteria yang di tetapkan oleh Menteri Agama untuk
Madrasah-madrasah yang berada didalam wewenangnya adalah harus memberikan
pelajaran agama sebagai mata pelajaran pokok, paling sedikit 6 jam seminggu.
Pengetahuan umum yang diajarkan di Madrasah
adalah:
a) Membaca dan menulis (huruf latin) bahasa
indonesia.
b) Berhitung.
c) Ilmu bumi.
d) Sejarah indonesia dan dunia.
e) Olah raga dan kesehatan
Selain mata pelajaran agama dan bahasa arab serta yang
disebutkan di atas, juga diajarkan berbagai keterampilan sebagai bekal para
lulusannya terjun ke Masyarakat.[8]
Posting Komentar